أصول عقيدة أهل السنة والجماعة
PRINSIP-PRINSIP AQIDAH
AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH
Oleh Syaikh Shaleh Al-Fauzan
Segala puji bagi Rabb semesta alam yang telah menunjuki kita semua kepada cahaya islam dan sekali-kali kita tak akan mendapat petunjuk jika Allah tidak memberi kita petunjuk, kita mohon kepada-Nya agar kita senantiasa ditetapkan di atas hidayah-Nya sampai akhir hayat sebagaimana difirmankan Allah subhanahu Wata`ala :
Maksudnya : Hai orang-orang yang beriman.. bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar benar
taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati kecuali dalam keadaan
Islam" (Ali Imran: 102).
Begitu pula kita memohon agar hati kita tidak dicondongkan kepada kesesatan setelah
kita mendapat petunjuk, Allah berfirman:
Maksudnya : "Ya Allah, janganlah Engkau palingkan hati-hati kami setelah Engkau memberi kami hidayah, dan berilah kepada kami dari sisi-Mu kerahmatan sesungguhnya Engkau Maha
Pemberi " ( Ali Imran: 8).
Dan semoga shalawat serta salam senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi kita, suri tauladan dan kekasih kita, Rasulullah shalallahu wa`alahi wassalam yang telah diutus sebagai rahmat bagi alam semesta. Dan semoga ridha-Nya selalu dilimpahkan kepada para shahabatnya yang
shaleh dan suci, baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar, serta kepada para pengikutnya yang setia selama waktu malam dan siang silih berganti.
Wa ba’du
Inilah kalimat ringkas tentang penjelasan ‘Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang pada kenyataan hidup masa kini , diperselisihkan oleh umat Islam sehingga mereka berpecah-belah. Hal itu terbukti dengan tumbuhnya berbagai kelompok (dakwah) kentemporer dan jamaah-jamaahyang berbeza-beza Masing-masing menyeru manusia (umat Islam) kepada golongannya dan mendakwa bahwa diri dan golongan merekalah yang paling baik dan benar,
sampai-sampai seorang muslim yang masih awam menjadi bingung, kepada siapakah dia
belajar Islam dan kepada jemaah mana diaharus ikut bergabung. Bahkan seorang kafirpun yang ingin masuk ke dalam Islam pun bingung. Islam manakah yang benar yang harus didengar dan dibacanya; yakni ajaran Islam yang bersumber dari AlQur’an dan As Sunnah yang telah diterapkandan tergambar dalam kehidupan para sahabat Rasulullah yang mulia dan telah menjadi pedoman hidup sejak berabad-abad yang lalu,namun justru ia hanya bisa melihat Islam
sebagai sebuah nama besar tanpa arti bagi dirinya. Begitulah yang pernah dikatakan oleh
seorang orientalis tentang Islam: "Islam itu tersekat oleh pemeluknya sendiri", yakni
orang-orang yang mengaku-ngaku muslim tetapi tidak konsisten dengan ajaran Islam yang sebenarnya.
Kami tidak mengatakan bahwa Islam telah hilang seluruhnya, dikeranakan Allah telah menjamin kekekalan slam ini dengan keabadian kitab-Nya, sebagaimana Dia telah berfirman:
"Sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkan Al Qur’an, sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya". ( Al Hijr: 9).
Maka, pastilah akan senantiasa ada segolongan kaum muslimin yang akan tetap teguh memegang ajaran dan memelihara serta membelanya sebagaimana difirmankan Allah
"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya (dari Islam), maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lembut terhadap orangorang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah dan yang tidak takut kepada celaan orangorangyang suka mencela".
Dan firman Allah:
.
"Ingatlah kamu ini, orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (harta) di jalan Allah, maka di antara kamu ada yang bakhil, barang siapa bakhil berarti dia bakhil pada dirinya sendiri, Allah Maha Kaya dan kamu orangorang yang memerlukan-Nya, dan jika kamu berpaling, niscaya Dia akan menggantikan(kamu) dengan kaum selain kamu dan mereka tidak akan seperti kamu (ini)". (Muhammad:38).
Golongan atau jamaah yang dimaksud adalah yang disabdakan oleh Rasulullah shalallahu wa`alahi wassalam dalam haditsnya:
"Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang tetap membela al-haq, mereka
senantiasa unggul, yang menghina dan menentang mereka tidak akan mampu
membahayakan mereka hingga datang keputusan Allah , sedang mereka tetap
dalam keadaan yang demikian"
(Dikeluarkan oleh Imam Al Bukhari 4/ 3641, 7460, dan Imam
Muslim 5/ juz : 13, hal: 65-67, pada syarah Imam Nawawi.)
Bermula dari sinilah kita dan siapa saja yang ingin mengenal Islam yang benar beserta pemeluknya yang setia harus mengenal golongan yang diberkahi ini yang mewakili Islam yang benar. Semoga Allah menjadikan kita termasuk dalam golongan ini agar kita bisa mencontohi mereka, dan agar supaya orang kafir yang ingin masuk Islam itupun dapat mengetahui untuk kemudian dapat bergabun
AL-FIRQATUN NAJIYAH ADALAH AHLUSUNNAH WAL JAMAAH
Pada masa kepemimpinan Rasulullah shalallahu wa`alahi wassalam kaum muslimin itu adalah umat yang satu, sebagaimana yang difirmankan Allah:
“Sesungguhnya kalian ini adalah umat yang satu, dan Aku (Allah) adalah Rabb kalian,maka beribadahlah kepada-Ku”. ( Al Anbiyaa:92).
"Janganlah kamu berinfaq kepada orang orang yang berada di sisi Rasulullah, supaya
mereka pergi". (Al Munafiqun: 7).
Yang kemudian dibantah langsung oleh Allah Subhanahu Wata`ala :
munafiq itu tidak mengetahui".( Munafiqun : 7).
Demikian pula, kaum Yahudipun berusaha memecah- belah dan memurtadkan mereka dari agama mereka:
"Segolongan (lain) dari Ahli Kitab telah berkata (kepada sesamanya): "(pura-pura)
berimanlah kamu kepada apa yang diturunkan kepada apa yang diturunkan kepada orang orangyang beriman (para shahabat Rasul) pada permulaan siang daningkarilah pada akhirnya, mudah-mudahan (dengan cara demikian) mereka (kaum muslimin) kembali kepada kekafiran". (Ali Imran: 72).
Walaupun demikian, makar yang seperti itu tidak pernah berhasil karena Allah membongkar dan mengungkapkan niat buruk mereka. Kemudian mereka berusaha untuk kedua kalinya, mereka berusaha kembali memecah belah kesatuan kaum muslimin (Muhajirin dan Anshar) dengan mengingatkan kembali kaum Anshar akan permusuhan di antara mereka sebelum datangnya Islam dan mendendangkan syair saling ejek antar suku di antara mereka. Allah membongkar makartersebut dalam firman-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman, jika kalian mengikuti segolongan orang-orang yang diberi Al Kitab niscaya mereka akan mengembalikan kalian menjadi orang kafir sesudah kalian beriman". ( Ali Imran: 100).
Hingga firman Allah
Allah memang memerintahkan mereka untuk bersatu di atas Al Haq dan melarang
berselisih dan berpecah, sebagaimana firman- Nya:
"Dan jamganlah kamu menyerupai orangorang yang berpecah-belah dan berselisih
sesudah datangnya keterangan yang jelas". ( Ali Imran: 105).
Dan firman-Nya pula:
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
berpecah-pecah". (Ali Imran: 103).
Dan sesungguhnya Allah telah mensyariatkanpersatuan kepada mereka dalam melaksanakan berbagai macam ibadah; seperti shalat, puasa, menunaikan haji dan dalam mencari ilmu, Nabi Muhammad shalallahu wa`alahi wassalam telah memerintahkan kaum muslimin ini agar
bersatu dan melarang mereka dari perpecahan dan perselisihan. Bahkan beliau telah
menyampaikan suatu berita yang berisi anjuran untuk bersatu dan larangan untuk berselisih, yakni berita tentang akan terjadinya perpecahan pada umat ini sebagaimana hal tersebut telah terjadi pada umat-umat sebelumnya, sabda Baginda :
"Sesungguhnya barangsiapa yang masih hidup di antara kalian dia akan melihat
banyak perselisihan, maka berpegang teguhlah kalian dengan sunnahku dan sunnah
Khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk setelah Aku"
( Dikeluarkan oleh Abu Dawud: 5/4607 dan tirmidzi: 5/2676 dan
dia berkata hadits ini hasan shahih, juga oleh Imam Ahmad: 4/
126-127, dan Ibnu Majah : 1/ 43.).
Dan sabdanya pula:
"Telah berpecah kaum Yahudi menjadi tujuh puluh satu galongan, dan telah berpecah kaum Nashrani menjadi tujuh puluh dua golongan, sedang umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu. Maka kamipun bertanya siapakah yang satu itu, wahai Rasulullah? beliau menjawab: yaitu barangsiapa yang berada pada yang aku dan para shahabatku jalani ini"
mustadraknya: 1/ 128-129, dan Al Ajuri dalam Asy Syari’ah : 16,
dan Imam Al Lalikaai dalam syarah ushul I’tiqaad Ahlis sunnah
Wal jamaah: 1/ 145-147).
Sesungguhnya telah nyata apa yang telah diberitakan Rasulullah shalallahu wa`alahi wassalam maka berpecahlah umat ini pada akhir generasi sahabat walaupun perpecahan tersebut tidak berdampak besar pada kondisi umat di masa generasi yang dipuji oleh Rasulullah dalam sabdanya:
"Sebaik-baik kalian adalah generasiku, kemudian generasi yang datang sesudahnya,
kemudian yang datang sesudahnya".
(Diriwayatkan oleh Bukhari:3/3650. dan Muslim : 6/ 86.)
Perawi hadits ini berkata: "saya tidak tahu apakah Rasulullah shalallahu wa`alahi wassalam menyebut setelah generasinya dua atau tiga generasi". Yang demikian tersebut bisa terjadi masih banyaknya ulama dari kalangan muhadditsin, mufassirin, dan fuqaha. Mereka termasuk sebagai ulama tabiin dan pengikut para tabiin serta para imam yang empat dan murid-murid mereka. Juga disebabkan masih kuatnya daulah-daulah Islamiyyah pada abad abad tersebut sehingga firqah-firqah menyimpang yang muncul pada waktu itu mengalami pukulan yang melumpuhkan baik dari sisi hujjah maupun politik.
Setelah berlalunya abad-abad yang dipuji ini bercampurlah kaum muslimin dengan
pemeluk beberapa agama-agama yang bertentangan. Buku-buku ilmu ajaran kafir
diterjemahkan dan para raja Islampun mengambil beberapa kaki tangan pemeluk ajaran kafir untuk dijadikan menteri dan penasihat kerajaan, maka semakin dahsyatlah perselisihan di kalangan umat dan percampurlah berbagai ragam golongan dan ajaran. Begitulah madzhab-madzhab yang bathilpun ikut bergabung dalam rangka merusak persatuan umat. Hal itu terus berlangsung hingga zaman kita sekarang dan sampai masa yang dikehendaki Allah. Karena Al Firqatun Najiyah Ahlus Sunnah Wal Jamaah masih tetap berpegang teguh dengan ajaran Islam yang benar dan berjalan di atasnya, dan menyeru kepadanya, bahkan akan tetap berada dalam keadaan demikian sebagaimana diberitakan dalam hadits Rasulullah tentang
keabadiannya, keberlangsungannya dan ketegarannya. Yang demikian itu adalah
karunia dari Allah demi kekalnya hujjah atas para penentangnnya.
Sesungguhnya kelompok kecil yang diberkahi ini meniti jalan yang pernah ditempuh para sahabat , bersama Rasulullah baik dalam perkataan, perbuatan, maupun keyakinannya seperti yang disabdakan oleh beliau:
"Mereka yaitu barang siapa yang berada pada apa-apa yang aku dan para sahabat
Sesungguhnya mereka itu adalah penerus yang baik dari orang-orang yang tentang
mereka Allah telah firmankan:
"Maka mengapakah tidak ada umat-umat sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan (keshalihan) yang melarang dari berbuat kerusakan di muka bumi kecuali
NAMA-NAMA AL-FIRQATUN NAJIYAH DAN MAKNANYA
Setelah kita mengetahui bahwa kelompok ini adalah golongan yang selamat dari
kesesatan, maka tibalah giliran kita untuk mengetahui pula nama-nama beserta ciricirinya agar kita dapat mengikutinya. Sebenarnya kelompok ini memiliki nama nama agung yang membezakannya dari kelompok-kelompok lain. Dan di antara nama namanya adalah:
(golongan yang ditolong) dan Ahlus Sunnah Wal Jamaah, yang artinya adalah sebagai berikut:
1. Bahwasanya golongan ini adalah golongan yang selamat dari api neraka, sebagaimana yang telah dikecualikan oleh Rasulullah shalallahu wa`alahi wassalam ketika menyebutkan golongan-golongan yang ada pada umatnya dengan sabdanya: "seluruhnya di neraka kecuali satu". Yakni yang tidak masuk ke dalam neraka ada satu.
2. Bahwasanya kelompok ini adalah kelompok yang tetap berpegang teguh kepada Al Qur’an dan As Sunnah dan apa-apa yang dipegang oleh assabiqunal awwalun (para pendahulu yang pertama) baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar, sebagaimana disabdakan
Rasulullah shallahui wa`alahi wassalam. "Mereka itu adalah orangorang yang berjalan di atas apa yang aku dan sahabatku jalani hari ini".
3. Bahwasanya pengikut kelompok ini adalah mereka yang menganut paham Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Mereka itu bisa dibedakan dari kelompok lainnya dalam dua hal penting:
pengikut Sunnah (Ahlus Sunnah). Berbeda dengan kelompok-kelompok lain kerana mereka berpegang teguh dengan pendapat-pendapat, hawa nafsu, dan perkataan para pemimpinnya. Oleh karena itu, kelompok-kelompok tersebut tidak dinisbatkan kepada Sunnah, akan tetapi dinisbahkan kepada bid’ah-bid’ah dan kesesatan-kesesatan yang ada pada kelompok itu sendiri, seperti Al Qadariyah dan Al Murji’ah, atau dinisbatkan kepada para imamnya seperti
Al Jahmiyah, atau dinisbatkan kepada pekerjaan-pekerjaannya yang kotor seperti Ar Rafidhah dan Al Khawarij.
Adapun perbedaan yang kedua adalah:
bahwasanya mereka itu Ahlul Jamaah karena kesepakatan mereka untuk berpegang teguh dengan Al Haq dan jauhnya mereka dari perpecahan. Berbeza dengan kelompok-kelompok lain,
mereka tidak bersepakat untuk berpegang teguh dengan Al Haq akan tetapi mereka itu hanya mengikuti hawa nafsu mereka, maka tidak ada kebenaran pada mereka yang mampu menyatukan mereka.
4. Bahwasanya kelompok ini adalah golongan yang ditolong Allah sampai hari
kiamat, karena gigihnya mereka dalam menolong agama Allah, maka Allah
menolong mereka seperti difirmankan Allah:
"Jika kamu menolong Allah niscaya Allah akan menolong kalian".
Oleh kerana itu Nabi Muhammad Shalallahu wa`alahi wassalam telah bersabda :
mereka sampai datang keputusan Allah tabaaraka wata’ala sedang mereka itu tetap dalam keadaan demikian."
PRINSIP-PRINSIP AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Sesungguhnya Ahlus Sunnah Wal Jamaah berjalan di atas prinsip-prinsip yang jelas dan
kokoh baik dalam I’tiqad, amal maupun perilakunya, seluruh prinsip-prinsip yang agung ini bersumber pada kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya dan apa-apa yang dipegang
teguh oleh para pendahulu ummat dari kalangan sahabat, tabi’in dan pengikut mereka yang setia. Prinsip-prinsip tersebut teringkas dalam butir-butir berikut:
Prinsip pertama: beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasulrasul-
Nya, Hari Akhir dan Taqdir baik dan buruknya.
1. Iman kepada Allah:
Beriman kepada Allah artinya: berikrar dengan macam-macam tauhid yang tiga serta
beri’tiqad dan mengamalkannya, yaitu: tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah, dan tauhid Asma’
dan sifat. Adapun tauhid Rububiyah adalah mentauhidkan segala apa yang dikerjakan
Allah baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan; dan bahwasanya Dia itu adalah Raja dan Penguasa segala sesuatu.
Tauhid Uluhiyah artinya: mengesakan Allah melalui segala pekerjaan hamba yang dengan
itu mereka dapat mendekatkan diri kepada Allah, apabila memang hal itu disyariatkan
oleh-Nya, seperti: berdo’a, takut, berharap, cinta, penyembelihan, nadzar, isti'anah, istighatsah, minta perlindungan, shalat, puasa, haji, berinfaq di jalan Allah dan segala apa saja yang disyariatkan dan diperintahkan Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun baik seorang malaikat, nabi, wali, maupun yang lainnya.
Sedangkan makna tauhid Al Asma’ Washshifat adalah menetapkan apa-apa yang Allah
dan Rasul-Nya telah tetapkan atas Diri-Nya baik itu berkenaan dengan nama-nama
maupun sifat-sifat Allah dan mensucikannya dari segala cela dan kekurangan sebagaimana
hal tersebut telah disucikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Semua ini kita yakini tanpa
melakukan tamtsil (perumpamaan), tanpa tasybih (penyerupaan), dan tahrif
(penyelewengan), ta’thil (penafian), dan tanpa takwil; seperti difirmankan Allah :
mengetahui." (QS. Asy- Syura: 11).
"Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik, maka berdo’alah kamu dengannya." (QS. Al- A’raf: 180).
2. Iman kepada para Malaikat-Nya: Yakni membenarkan adanya para malaikat, dan bahwasanya mereka itu adalah makhluk dari sekian banyak makhluk Allah, diciptakan
dari cahaya. Allah menciptakan malaikat dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya
dan menjalankan perintah-perintah-Nya di dunia ini, sebagaimana difirmankan Allah:
"… Bahkan malaikat-malaikat itu adalah makhluk yang dimuliakan, mereka tidak
mendahului-Nya dalam perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya". (QS. Al-
Anbiyaa: 26-27).
"Allahlah yang menjadikan para malaikat sebagai utusan yang memiliki sayap dua, tiga dan empat, Allah menambah para makhluk- Nya apa-apa yang Dia kehendaki" ( QS. Fathiir: 1).
berupa hidayah (petunjuk) dan cahaya serta mengimani bahwasanya yang menurunkan
Kitab-kitab itu adalah Allah sebagai petunjuk bagi seluruh manusia. Dan bahwasanya yang
paling agung di antara sekian banyak kitab kitab tu adalah tiga kitab yaitu; Taurat, Injil,
dan Al-Qur’an, dan di antara kitab agung diatas yang teragung lagi adalah Al-Qur’an yang
Dengan ayat ini Allah menetapkan adanya kehendak bagi setiap hamba sebagai bantahan
terhadap golongan Jabariyah yang ekstrim, bahkan menjadikannya sesuai dengan
kehendak Allah, dalam saat yang sama, juga merupakan bantahan atas golongan
Qadariyah. Dan beriman kepada takdir dapat menimbulkan sikap sabar saat seorang hamba
menghadapi berbagai cobaan dan menjauhkannya dari segala perbuatan dosa dan hal-hal yang tidak terpuji, bahkan dapat mendorong orang tersebut untuk giat bekerja dan menjauhkan dirinya dari sikap lemah, takut dan malas.
Prinsip kedua:
Dan di antara prinsip-prinsip Ahlus Sunnah Wal Jamaah adalah: bahwasanya iman itu perkataan, perbuatan, dan keyakinan yang bisa bertambah dengan ketaatan dan bisa berkurang dengan kemaksiatan, maka iman itu bukan hanya perkataan dan perbuatan tanpa keyakinan sebab yang demikian itu merupakan keimanan kaum munafiq, dan bukan pula iman itu hanya
sekedar ma’rifah (pengetahuan) dan meyakini tanpa ikrar dan amal. Sebab yang demikian
itu merupakan keimanan orang-orang kafir yang menolak kebenaran.
"Dan mereka mengingkarinya karena kedzoliman dan kesombongan (mereka),
padahal hati-hati mereka meyakini kebenarannya." (QS. Al An’am: 14).
"Karena sebenarnya mereka bukan mendustakanmu, akan tetapi orang-orang yang
dzalim itu menentang ayat-ayat Allah". (QS. Al An’aam: 33).
"Dan kaum ‘Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu kehancuran tempattempat
tinggal mereka. Dan syetan menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka sehingga menghalangi mereka dari jalan Allah padahal mereka adalah orang-orang yang
berpandangan tajam." (QS. Al Ankabut: 38).
Bukan pula iman itu hanya satu keyakinan dalam hati atau perkataan dan keyakinan
tanpa amal perbuatan, karena yang demikian adalah keimanan golongan Murjiah, Allah
sering kali menyebut amal perbuatan termasuk iman sebagaimana tersebut dalam
firman-Nya:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah meraka yang apabila ia disebut
nama Allah bergeter hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah bertambahlah
imannya dan kepada Allah-lah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan apaapa yang telah dikaruniakan kepada mereka,
merekalah orang-orang mukmin yang sebenarnya". (QS. Al Anfaal: 2-4).
"Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan iman kalian". (QS. Al Baqarah: 143).
Yaitu: shalatmu dengan menghadap ke baitul Maqdis, maka shalat di sini dinamakan iman.
Prinsip ketiga:
Dan di antara prinsip-prinsip aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah adalah bahwasanya mereka tidak mengkafirkan seseorang dari kaum muslimin kecuali apabila dia melakukan perbuatan yang membatalkan keislamannya. Adapun perbuatan dosa besar selain kemusyrikan dan tidak ada dalil yang menghukumi pelakunya sebagai kafir, misalnya meninggalkan shalat karena malas, maka pelaku (dosa tersebut) tidak dihukumi kafir akan tetapi dihukumi fasiq dan imannya tidak sempurna. Apabila ia mati sedang dia belum bertaubat maka dia berada dalam
kehendak Allah. Jika Ia berkehendak Ia akan mengampuninya dan jika Ia berkehendak Ia
akan mengazdabnya, namun si pelaku tidak kekal di neraka, Allah telah berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni
dosa-dosa selainnya bagi siapa yang di kehendaki-Nya." (QS. An Nisaa’: 48).
Dan madzhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah dalam masalah ini pertengahan antara
Khawarij yang mengkafirkan orang-orang yang melakukan dosa besar walau bukan termasuk syirik, dan Murjiah yang mengatakan si pelaku dosa besar sebagai mukmin sempurna imannya, dan mereka mengatakan pula suatu dosa maksiat tidak mengurangi iman, sebagaimana tak berguna suatu perbuatan taat dengan adanya kekafiran.
Prinsip keempat:
Dan di antara prinsip-prinsip Ahlus Sunnah Wal Jamaah adalah wajib taat kepada
pemimpin kaum muslimin selama mereka tidak memerintahkan untuk berbuat maksiat. Apabila mereka memerintahkan berbuat maksiat di kala itu kita dilarang untuk mentaatinya namun tetap wajib taat dalam kebenaran lainnya, sebagaimana firman Allah
"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlan kepada Rasul serta para pemimpin di antara kalian .." (QS. An Nisaa: 59).
"Barangsiapa di antara kamu menyaksikan suatu kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, apabila tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, dan apabila tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian itulah selemah-lemahnya iman". (HR. Muslim: 2/ 22, syarah Nawawi).
Sekali lagi, amar ma’ruf dan nahi mungkar hanya terhadap apa-apa yang diwajibkan oleh syari’at, sedang orang-orang Mu’tazilah dalam beramar ma’ruf dan nahi mungkar tidak mengikuti apa-apa yang diwajibkan oleh syariat, sehingga mereka berpandangan bahwa amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah tidak mentaati para pemimpin kaum muslimin apabila mereka melakukan perbuatan maksiat, walaupun belum termasuk perbuatan kufur. Sedang Ahlus Sunnah Wal Jamaah memandang wajib menasihati mereka dalam hal kemaksiatannya tanpa harus keluar memberontak mereka.
2. Ahlus Sunnah Wal Jamaah tetap menjaga tegaknya syi’ar Islam baik dengan
menegakkan shalat jum’at dan shalat berjamaah sebagai pembeda terhadap
kalangan ahli bid’ah dan orang-orang munafiq yang tidak mendirikan shalat Jum’at maupun shalat jamaah.
3. Memberikan nasehat bagi setiap muslim, bekerja sama dan tolong-menolong
dalam kebajikan dan taqwa sebagaimana sabda Nabi Muhammad :
"Agama itu nasihat; kami bertanya: untuk siapa? Beliau menjawab: Untuk Allah, Kitab- Nya, Rasul-Nya dan para imam kaum muslimin serta kaum muslimin pada umumnya."
"Orang mu’min bagi orang mu’min yang lain bagaikan satu bangunan yang satu sama yang lain saling mengokohkan". (HR. Bukhari: 4/ 6026), Muslim: 16/139 syarah Nawawi).
4. Mereka tegar dalam menghadapi ujian-ujian dengan sabar ketika mendapat
cobaan dan bersyukur ketika mendapatkan kenikmatan dan menerimanya sesuai dengan ketentuan Allah.
5. Bahwasanya mereka selalu berakhlak mulia dan beramal baik, berbuat baik kepada orang tua, menyambung tali persaudaraan, berlaku baik dengan tetangga, dan mereka senantiasa melarang dari sikap bangga, sombong, dzalim, sesuai dengan firman Allah:
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.
Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat, dan yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. An Nisaa: 36).
"Yang paling sempurna imannya di antara kaum mu’minin adalah yang baik akhlaknya."
(HR. Ahmad: no: 7396, Tirmidzi: 3/ 1162, Abu Daud: 5/ 4682, dan Al Haitsamy, no: 1311,-1926).
Kita memohon kepada Allah agar berkenan menjadikan kita semua bagian dari
mereka dan tidak menjadikan hati kita condong kepada kekafiran setelah diberi petunjuk (hidayah-Nya) dan semoga shalawat serta salam terlimpah kepada Nabi kita Muhammad , keluarganya beserta sahabatsahabatnya.
Aamin.
Mengenal Nama Allah “Al-Majid”
5 hours ago
No comments:
Post a Comment