Thursday, November 6, 2008

Tata Cara Mandi Junub Dan Mandi Hadas Dari Haid

assalammu`alaikum warahmatullahi wabarakatuh..
artikel ini merupakan ulasan dariku atas sebuah artikel di sebuah portal , cuma kali ini aku tidak ingin memberikan pertanyaan2 agar tidak timbul fitnah, jadi langsung saja aku tulis perbahasan nya, sebab tujuan dari tulisanku ini hanya untuk melengkapi dan memperbetulkan apa yang kurang dari artikel yang di kirim nya.. Tata Cara Mandi Wajib Mengikut Sunnah
Al Ghaslu (mandi) adalah meratakan air ke seluruh bagian badan. Adapun menurut syariat adalah meratakan air yang suci ke seluruh bagian badan dengan tata cara yang khusus. Dalil yang mendasari pensyariatannya adalah firman Allah Ta’ala, “Dan jika kamu junub maka mandilah.” (QS. Al Maidah: 6)
Ada beberapa hal yang menjadikan al Ghaslu menjadi wajib, antara lain:
1. Apabila keluar mani disertai memancar meski dalam keadaan tidur. [1]
2. Bertemunya dua kemaluan (bersetubuh), meskipun tidak terjadi inzal [2]
3. Ketika orang kafir masuk Islam.[3]
4. Berhentinya darah haidh dan nifas. [4]
5. Meninggal dunia bukan karena syahid di medan perang. [5]
6. Solat Jumaat [6]

Niat Adalah Syarat Sahnya Mandi
Kerana mandi adalah ibadah yang tidak diketahui kecuali melalui syariat, maka niat menjadi syarat didalam nya, niat adalah tekad hati untuk mengerjakan mandi, kerana melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus (QS.al-bayyinah : 5 )

Dan juga hadith dari Rasulullah shalallahu wa`alahi wassalam :

قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Aku mendengar Umar bin Khattab berkata di atas mimbar:“Aku mendengar Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:“Tiap-tiap amal perbuatan tidak lain adalah berdasarkan niatdan balasan bagi setiap amal manusia sesuai dengan apa yang diniatkan
(HR.Bukhari dan Muslim di dalam kitab Sahihnya )

dan perlu di fahami.. niat itu tpt nya di dalam hati. dan tidak perlu adanya pelafazan niat sebagaimana yang di lakukan oleh sebahagian besar kaum muslimin, di sebabkan pelafazan niat itu tidak ada contoh nya dari nabi muhammas shalallahu wa`alahi wassalam.
dan tidak di temukan adanya nash2 yang menjelaskan niat itu harus serentak dengan air yang jatuh ke tubuh kita sewaktu mandi , apetah lagi harus di lafazkan dengan berkata : sengaja aku mandi junub kerana allah ta`ala dan perkataan lain nya.
bab pelafazan niat telah saya tulis secara detail, sila rujuk ke bahagian bid`ah )

Tata Cara Mandi Junub (Wajib) Mengikut Sunnah
tata cara mandi yang sempurna
yang menjadi panduan dalam bab ini adalah dua hadis berikut
hadis pertama
عن ابن عباس قال: قالت ميمونة: وضعت لرسول الله صلى الله عليه وسلم ماء يغتسل به، فأفرغ على يديه، فغسلهما مرتين أو ثلاثا، ثم أفرغ بيمينه على شماله، فغسل مذاكيره، ثم دلك يده بالأرض، ثم مضمض واستنشق، ثم غسل وجهه ويديه، وغسل رأسه ثلاثا، ثم أفرغ على جسده، ثم تنحى من مقامه، فغسل
Dari Ibn ‘Abbas RA, beliau berkata: Maimunah RA berkata: Aku meletakkan air untuk Rasulullah SAW mandi wajib. Baginda SAW menyiram kedua tangannya dan membasuh kedua tangannya dua atau tiga kali. Seterusnya Baginda SAW menyiram air dengan tangan kanannya ke tangan kirinya dan membasuh kemaluannya (dengan menggunakan tangan kiri). Selepas itu, Baginda SAW menyapu tangannya ke tanah, kemudian Baginda SAW memasukkaan air ke dalam hidung dan mulut kemudian mengeluarkannya. Seterusnya Baginda SAW membasuh mukanya dan kedua tangannya dan membasuh kepalanya tiga kali. Selepas itu Baginda SAW menyiram air ke atas tubuhnya, kemudian baginda saw berpindah dari tempat tersebut dan mencuci kedua kakinya. [7]

Dari Aisyah radhiallahu `anha (istri baginda) menceritakan : 'Bahwa apabila baginda mandi junub, baginda memulainya dengan mencuci kedua tangan nya. kemudian berwudhu sebagaimana wudhu untuk solat, kemudian baginda memasukkan jari-jari tangan nya ke dalam air, setelah itu menggosokkan di sela-sela rambut nya, kemudian baginda meyiram kepalanya sebanyak tiga kali cidukan, setelah itu meratakan (menyiramkan) air ke seluruh tubuh nya. [8]

Dari kedua hadis ini, dan selain nya (hadis-hadis tentang mandi junub ni banyak dapat kita ambil kesimpulan bahwa di anjurkan mandi wajib (junub) dengan cara berikut :

1) Berniat (sekali lagi saya katakan niat itu tidak perlu di lafazkan, ianya cukup di dalam hati)[9]
2) Mencuci kedua tangan sebanyak tiga kali. [10]
3) Mencuci kemaluan dan tempat yang terkena air mani dengan tangan kiri [11]
4) Menggosokkan tangan kiri ke tanah lalu lalu mencucinya. Boleh juga mencuci tangan kiri itu dengan sabun. [12]
5) Berwudhu. Wudhu boleh dilakukan seperti wudhu untuk solat ataupun menangguhkan mencuci kaki selepas selesai mandi. [13]
6) Menyela-nyela rambut secara merata lalu menyiramnya 3 kali dengan air sepenuh dua telapak tangan. Ini berdasarkan hadis dari Aisyah di dalam sahih al-Bukhari:

Kemudian Baginda SAW memasukkan jari-jarinya ke dalam air, kemudian menyela-nyela rambutnya, kemudia menyiram kepalanya 3 kali dengan kedua tangannya.”
Ketika menyiram kepala hendaklah dimulai dengan bahagian kanan, kemudian, bahagian kiri dan seterusnya bahagian tengah kepala
Ini berdasarkan hadis ‘Aisyah RA di dalam sahih Muslim (318):
بدأ بشق رأسه الأيمن. ثم الأيسر
Baginda SAW menyiram kepalanya di bahagian kanan, kemudia bahagian kiri.

7) Meratakan air ke seluruh tubuh Kita , membasuhh semua lipatan tubuh seperti ketiak dan lain-lain. Ini berdasarkan hadis ‘Aisyah [14]
8) Beralih dari tempat mandi dan membasuh kaki. [15]

Apakah Wajib Untuk Menyela-nyela Janggut
Jumhur `ulama : malik, abu hanifah, asy-syafie dan ibn hazm mengatakan, Tidak Wajib menyela-nyela janggut, tapi di anjurkan . akan tetapi syaikh abu malik kamal bin as-sayyid salim menjelaskan : (Tidak Wajib menyela janggut) apabila air dapat sampai ke kulit yang ada di bawah janggut, jika Tidak, maka wajib baginya menyela-nyela janggut untuk menyampaikan air padanya, tapi yang lebih hati-hati tentu saha sebaiknya ia menyelai-nyelai janggut nya , berdasarkan keumuman perkataaan aisyah 'Kemudian baginda menyela-nyela pangkal rambutnya.

Hukum Menggosok Anggota Tubuh Pada Saat Mandi
Para `ulama berselisih : apakah dalam mandi disyaratkan menggosokkan tangan ke seluruh tubuh, ataukah cukup dengan menuangkan air saja ke seluruh tubuh, walaupun ia tidak menggosok nya dengan tangan nya ? ini adalah masalah bahasa : apakah mandi itu sudah cukup terlaksana dengan menuangkan air, atau tidak terlaksana kecuali dengan menggosokkan nya ?
Jumhur `ulama berpendapat bahwa menggosok tubuh tidak wjib, tetapi di anjurkan dalam mandi, seandai nay seseorang menuangkan air keseluruh tubuh nya, maka ia telah menunaikan apa yang di wajibkan allah kepadanya, demkian juga seandai nya ia menyelam ke dalam air, maka air telah membasahi seluruh tubuh nya.[16]
Zahirnya, menggosok tubuh adalah di anjurkan, bukan wajib, pendapat ini di kuatkan lagi dengan hadis `Umran Bin Hushain tentang kisah Al-Muzadatain, yang di dalam nya di sebutkan . Dan di akhir kisah itu bagina memberikan satu bejana air kepada orang yang terkena junub seraya bersabda : Pergilah, lalu siramkanlah air tersebut padamu. [17]

Berdasarkan hal ini, jika seseorang berdiri di bawah pancuran (shower) kemudian air membasahi seluruh tubuhnya, maka mandinya telah sah bila di sertai dengan niat.


Sifat Mandi Junub Wanita

Tata Cara mandi junub wanita sama persis dengan tata cara mandi laki-laki , dalam hal ini tidak ada perbezaan mengenai nya
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, beliau berkata:
Kami ( istri-istri Nabi) apabila salah seorang diantara kami junub, maka dia mengambil (air) dengan kedua telapak tangannya tiga kali lalu menyiramkannya di atas kepalanya, kemudian dia mengambil air dengan satu tangannya lalu menyiramkannya ke bagian tubuh kanan dan dengan tangannya yang lain ke bagian tubuh yang kiri.” [18]

Seorang wanita tidak wajib menguraikan (melepaskan) jalinan rambutnya ketika mandi karena junub, berdasarkan hadits berikut:

Dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anha berkata:
Aku (Ummu Salamah) berkata: “Wahai Rasulullah, aku adalah seorang wanita, aku menguatkan jalinan rambutku, maka apakah aku harus menguraikannya untuk mandi karena junub?” Beliau bersabda: “Tidak, cukup bagimu menuangkan air ke atas kepalamu tiga kali kemudian engkau menyiramkan air ke badanmu, kemudian engkau bersuci.” [19]

Ringkasan tentang mandi junub bagi wanita adalah:
1.Seorang wanita mengambil airnya, kemudian berwudhu dan membaguskan wudhu’nya (dimulai dengan bagian yang kanan).
2.Menyiramkan air ke atas kepalanya tiga kali.
3.Menggosok-gosok kepalanya sehingga air sampai pada pangkal rambutnya.
4.Mengguyurkan air ke badan dimulai dengan bagian yang kanan kemudian bagian yang kiri.
5.Tidak wajib membuka jalinan rambut ketika mandi.

Tata cara mandi yang disebutkan itu tidaklah wajib, akan tetapi disukai karena diambil dari sejumlah hadits-hadits Rasululllah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Apabila dia mengurangi tata cara mandi sebagaimana yang disebutkan, dengan syarat air mengenai (menyirami) seluruh badannya, maka hal itu telah mencukupinya (dan mengikuti sunnah itu lebih utama)

Tata Cara Mandi Wanita Dari Haid Dan Nifas
Agar ibadah kita diterima Allah maka dalam melaksanakan salah satu ajaran islam ini, kita harus melaksanakannya sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Rasulullah telah menyebutkan tata cara mandi haid dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim didalam kitab sahih nya . dalil nya adalah hadis aisyah bahwa asma` bertanya kepada nabi muhammad shalallahu wa`alahi wassalam tentang cara mandi dari haid, maka bagina bersabda :

>تَأْخُذُإِحْدَا كُنَّ مَائَهَا وَسِدْرَهَا فَتََطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ أوْ تَبْلِغُ فِي الطُّهُورِ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُُهُ دَلْكًا شَدِ يْدًا حَتََّى تَبْلِغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا المَاءَ ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطْهُرُ بِهَا قَالَتْ أسْمَاءُ كَيْفَ أتََطَهَّرُبِهَا قَالَ سُبْحَانَ الله ِتَطَهُّرِي بِهَا قَالَتْْ عَائِشَةُ كَأنَّهَا تُخْفِي ذَلِكَ تَتَبَّعِي بِهَا أثَرَالدَّمِ
“Salah seorang di antara kalian (wanita) mengambil air dan sidrahnya (daun pohon bidara, atau boleh juga digunakan pengganti sidr seperti: sabun dan semacamnya-pent) kemudian dia bersuci dan membaguskan bersucinya, kemudian dia menuangkan air di atas kepalanya lalu menggosok-gosokkannya dengan kuat sehingga air sampai pada kulit kepalanya, kemudian dia menyiramkan air ke seluruh badannya, lalu mengambil sepotong kain atau kapas yang diberi minyak wangi kasturi, kemudian dia bersuci dengannyaMaka Asma’ berkata: “Bagaimana aku bersuci dengannya?” Beliau bersabda: “Maha Suci Allah” maka ‘Aisyah berkata kepada Asma’: “Engkau mengikuti (mengusap) bekas darah (dengan kain/kapas itu

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha bahwa seorang wanita bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tentang mandi dari haid. Maka beliau memerintahkannya tata cara bersuci, beliau bersabda: hendaklah dia mengambil sepotong kapas atau kain yang diberi minyak wangi kemudian bersucilah dengannya. Wanita itu berkata: “Bagaimana caranya aku bersuci dengannya?” Beliau bersabda: “Maha Suci Allah bersucilah!” Maka ‘Aisyah menarik wanita itu kemudian berkata: “Ikutilah (usaplah) olehmu bekas darah itu dengannya(potongan kain/kapas).” [20]

An-Nawawi rahimahullah berkata (1/628): “Jumhur ulama berkata (bekas darah) adalah farji (kemaluan).” Beliau berkata (1/627): “Diantara sunah bagi wanita yang mandi dari haid adalah mengambil minyak wangi kemudian menuangkan pada kapas, kain atau semacamnya, lalu memasukkannya ke dalam farjinya setelah selesai mandi, hal ini disukai juga bagi wanita-wanita yang nifas karena nifas adalah haid.” [21].

Syaikh Mushthafa Al-’Adawy berkata: “Wajib bagi wanita untuk memastikan sampainya air ke pangkal rambutnya pada waktu mandinya dari haidh baik dengan menguraikan jalinan rambut atau tidak.Apabila air tidak dapat sampai pada pangkal rambut kecuali dengan menguraikan jalinan rambut maka dia (wanita tersebut) menguraikannya-bukan karena menguraikan jalinan rambut adalah wajib-tetapi agar air dapat sampai ke pangkal rambutnya, [22]

Maka wajib bagi wanita apabila telah bersih dari haidh untuk mandi dengan membersihkan seluruh anggota badan; minimal dengan menyiramkan air ke seluruh badannya sampai ke pangkal rambutnya; dan yang lebih utama adalah dengan tata cara mandi yang terdapat dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,

ringkasnya tata cara mandi haidh untuk wanita adalah:

1.Wanita tersebut mengambil air dan sabunnya, kemudian berwudhu’ dan membaguskan wudhu’nya.
2.Menyiramkan air ke atas kepalanya lalu menggosok-gosokkannya dengan kuat sehingga air dapat sampai pada tempat tumbuhnya rambut. Dalam hal ini tidak wajib baginya untuk menguraikan jalinan rambut kecuali apabila dengan menguraikan jalinan akan dapat membantu sampainya air ke tempat tumbuhnya rambut (kulit kepala).
3.Menyiramkan air ke badannya.
4.Mengambil secarik kain atau kapas(atau semisalnya) lalu diberi minyak wangi kasturi atau semisalnya kemudian mengusap bekas darah (farji) dengannya.

Fatwa `Ulama
Oleh : Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta` (majlis fatwa diarab saudi)
Pertanyaan
Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta' ditanya : Apakah ada perbedaan antara mandi junub seorang pria dengan mandi junub seorang wanita ? Dan apakah seorang wanita harus melepas ikatan rambutnya atau cukup baginya menuangkan air di atas kepalanya tiga kali tuang berdasarkan suatu hadits ? Apa bezanya antara mandi junub dengan mandi haid?

Jawaban : Tidak ada perbezaan bagi lelaki dan wanita dalam hal sifat mandi junub, dan masing-masing tidak perlu melepaskan ikatan rambutnya akan tetapi cukup baginya untuk menuangkan air di atas kepalanya sebanyak tiga tuang kemudian setelah itu menyiramkan air ke seluruh tubuhnya berdasarkan hadits Ummu Salamah Radhiyallahu 'anha, bahwa ia berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam."Sesungguhnya saya seorang wanita yang mengikat gulungan rambut kepala saya, apakah saya harus melepaskan ikatan rambut itu untuk mandi junub ?". Rasulullah menjawab :"Artinya : Tidak, akan tetapi cukup bagimu untuk menuangkan air sebanyak tiga kali di atas kepalamu, kemudian kamu sirami seluruh tubuhmu dengan air, maka (dengan demikian) kamu telah bersuci[Hadits Riwayat Muslim].
Jika di atas kepala seorang lelaki maupun wanita terdapat ikatan atau pewarna rambut atau sesuatu lainnya yang dapat menghalangi mengalirnya air ke kulit kepala, maka wajib dihilangkan, akan tetapi jika itu ringan dan tidak menghalangi mengalirnya air ke kulit kepala maka tidak wajib dihilangkan.Adapun mandinya wanita setelah haidh, para ulama berbeda pendapat tentang wajib atau tidaknya melepaskan ikatan rambutnya untuk mandinya. Yang benar, bahwa ia tidak harus melepaskan ikatan rambutnya untuk mandi tersebut, hal ini berdasarkan beberapa riwayat hadits Ummu Salamah yang diriwayatkan Muslim bahwa ia (Ummu Salamah) berkata kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam."Sesunguhnya saya seorang wanita yang mengikat gulungan rambut kepalaku, apakah saya harus melepaskan ikatan rambut itu untuk mandi junub ?" Rasulullah menjawab:"Artinya : Tidak, akan tetapi cukup bagimu untuk menuangkan air sebanyak tiga kali di atas kepalamu, kemudian kamu sirami seluruh tubuhmu dengan air, (dengan demikian) maka kamu telah bersuci".Riwayat hadits Nabi ini adalah merupakan dalil yang menunjukkan tidak adanyakewajiban untuk melepaskan ikatan rambut untuk mandi junub atau untuk mandi haidh, akan tetapi sebaiknya ikatan rambut itu dilepas saat mandi haidh sebagai sikap waspada dan untuk keluar dari perselisihan pendapat serta memadukan dalil-dalil dalam hal ini
[Fatawa Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta', [Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah, edisi Indonesia Fatwa-fatwa Tentang Wanita penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan, terbitan Darul Haq, hal. 20-21 penerjemah Amir Hamzah Fakhruddin ]

Pertanyaan :
Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Asy-Syaikh ditanya : Apakah hukumnya melepaskan ikatan rambut ketika mandi setelah habis masa haidh.?

Jawaban : Menurut dalil yang lebih kuat adalah tidak ada kewajiban melepaskan ikatan rambut ketika hendak mandi bagi wanita yang telah selesai haidh, sebagaimana tidak adanya kewajiban tersebut untuk mandi junub. Hanya saja, memang terdapat dalil-dalil yang mensyari'atkan untuk melepaskan ikatan rambut ketika mandi haidh, akan tetapi perintah yang terdapat dalam dalil-dalil ini bukan menunjukkan hal yang wajib berdasarkan dari hadits Ummu Salamah Radhiyallahu 'anha."Sesungguhnya aku seorang wanita yang mengikat rambut kepalaku, apakah saya harus melepaskan ikatan rambut itu untuk mandi junub ?" dan dalam riwayat lain : "dan untuk mandi haid?", maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda."Artinya : Tidak, akan tetapi cukup bagimu untuk menuangkan air atas kepalamu sebanyak tiga kali, ...." [Hadits Riwayat Muslim]

Ini adalah pendapat yang dipilih oleh pengarang kitab Al-Inshaf dan Az-Zarkasyi, sedangkan dalam mandi junub maka hukum melepaskan ikatan rambut bagi wanita tidaklah sunnah (mandub). Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa 'Aisyah berkata : "Apakah aku harus memerintah mereka untuk memotong rambut itu ?" Kesimpulannya adalah :melepaskan ikatan rambut tidaklah disyari'atkan saat mandi junub akan tetapi hal itu ditekankan dan dianjurkan saat mandi haidh. Penekanan ini pun berbeda-beda, ada yang kuat dan ada pula yang lemah, berdasarkan keringanan dan kesulitan melepaskan ikatannya.[Fatawa wa Rasa'il Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim, 2/61]

selesailah perbahasan tentang mandi junub dan mandi hadas dari haid , bagi sesiapa yang berminat untuk mengetahu detail syarah hadith tentang mandi junub boleh lah merujuk kepada kitab FATHUL BAHRI , syarah dari hadith sahih bukhari oleh Imam Ibn Hajar Al-Asqolani ataupun Syarah Shahih Muslim Oleh imam An-Nawawi

Wallahu`alam

Akhukum Fillah
hfz


foot note

--------------

1.Lihat QS. Al-Maidah ayat 6 , HR. Muslim 343, dan abu Dawud 214
2.Hadis sahih di riwayatkan oleh Al-Bukhari 291, Muslim 348
3.Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Ahmad II/304 , lihat Al-irwa` 128
4. HR.Bukhari, Fathul Bahri Bab Haid
5.Sahih Fiqhi Sunnah Jilid I
6.Hadis Sahih di riwayatkan Al-Bukhari 879 dan Muslim 846
7.HR.Bukhari
8.HR.Bukhari 248 dan Muslim 317
9.HR.Bukhari
10.HR.Muslim di nukil dari kitab sahih Fiqh Sunnah
11.HR.Muslim di nukil dari kitab Fiqh Sunnah
12.HR.Muslim , syarah muslim III/231
13.telah di sebutkan dalam hadis aisyah dan hadis mainumah
14.Sunan Abi Daud:243, di nilai sahih oleh al-Albani
15.HR.Bukhari 260
16.Kitab Sahih Fiqhi Sunnah, Bab Thaharah dan Solat Jilid I
17.HR.Bukhari 344
18.Hadits Shahih riwayat Bukhari: 277 dan Abu Dawud: 253
19.Hadits Shahih riwayat Muslim, Abu Dawud: 251, an-Nasaai: 1/131, Tirmidzi:1/176, hadits: 105 dan dia berkata: “Hadits Hasan shahih,” Ibnu Majah: 603
20.HR. Muslim: 332
21.Dinukil dari Jami’ Ahkaam an-Nisaa’: 117 juz: 1
22.Dinukil dari Jami’ Ahkaam An-Nisaa’ hal: 121-122 juz: 1

No comments:

Post a Comment